Sabtu, 20 November 2010

Gitar dalam Musik Jazz

Gitar merupakan sebuah instumen yang sangat memasyarakat sejak dulu. Sering kita melihat keberadaanya dalam keseharian kita. Sebuah alat yang mudah didapat juga dipelajari di mana saja dan banyak dimainkan secara umum dalam masyarakat. Untuk memainkan gitar juga pada awalnya lebih mudah dari pada instrument lainnya, misalnya biola, flute dan sebagainya. Harga pejualan alat ini bisa dijangkau oleh masyarakat karena ditawarkan variatif, mulai termurah sampai yang mahal untuk pemain profesional. Banyak kita temukan di berbagai tempat orang memainkan gitar baik itu untuk berkumpul sekedar bersenang-senang, mengamen di lampu merah, hotel, televisi dan sebagainya. Juga sekarang banyak dijumpai kursus-kursus yang membantu untuk belajar memainkan gitar secara lebih serius. Memang gitar mudah untuk menyenangkan siapa saja yang memainkannya dan mendengarkan, karena mudah untuk dibawa, harganya terjangkau, dan untuk ketrampilan awal bisa dipelajari dengan mudah.

Sebagai instrumen gitar mempunyai dua fungsi yakni sebagai alat melodis dan harmonis. Artinya dia dapat dimainkan untuk keperluan melodis yakni memainkan alur melodi dalam memainkan lagu. Fungsi kedua dari gitar ialah sebagai instrumen harmonis, yakni kemampuan gitar sebagai penggiring/rythm sebuah melodi. Mengenai hal tersebut banyak kita jumpai di mana saja karena kebanyakan atau umumnya memang dimainkan sebagai fungsi tersebut yakni mengiringi melodi.

Di belahan dunia manapun gitar telah dikenal luas dan dimainkan dengan gaya yang berbeda-beda. Kebanyakan dalam bentuk ansambel dengan alat musik tertentu ataupun cuma sebagai pengiring dalam sebuah lagu maupun tarian. Dalam genre folklore gitar memempati posisi yang penting, seperti yang kita lihat di Andalusia (Spanyol) dengan flamenco, cumbia (Columbia dan Panama), mariachi dan ranchera (Mexico), vallenato (Columbia), blues dan country (Amerika) dan masih banyak lagi. Gitar merupakan instrumen yang fleksibel untuk dimainkan dengan instrumen lain, yakni dalam mariachi yang merupakan tipikal grup musik dari Mexico yang pemainnya bisa mencapai dua puluh orang. Gitar dimainkan dengan violin, trumpet, vihuela (yang mempunyai pitch tinggi dengan lima senar), guitarron (yang biasanya memainkan nada bas) juga mempunyai karakter suara yang perkusif hingga mampu untuk sebagai pengiring tarian dan nyanyian[1]. Seperti contohnya di flamenco dikatakan, ”flamenco would be inconceivable without the guitar in accompaniment..[2]” karena bagian-bagian dari musik tersebut seperti kadens dimainkan dengan staccato yang kuat dari elemen ritme-nya, gitar disebutnya,” the canvas on which the cantaor gradually sketches out the lines and colour of his cante[3]. Dalam blues, gitar (atau banjo) merupakan instrumen latar yang penting sebagai pengiring dalam vocal.

Dalam dunia pop instrumen ini dikenal luas oleh masyarakat, karena sering sekali dipergunakan pelaku dunia pop dalam pertunjukkan juga proses kreatif mereka. Gitar biasanya merupakan instrumen salah satu dari anggota sebuah grup, bahkan sering sekali ada anggapan bahwa sebuah grup tanpa gitar bukan sebuah grup yang lengkap. Bahkan dalam sebuah grup populer, gitar seakan menjadi sebuah warna yang harus ada, dikarenakan referensi dari grup-grup yang ada sebelumnya, juga mungkin pesanan dari telinga konsumen yang terlanjur terbiasa mendengar sound dari gitar. Untuk genre tertentu gitar menempati posisi yang tidak tergantikan dan juga merupakan icon dari genre tersebut, sebut saja misalnya dalam genre musik rock. Dalam aliran musik ini mengedepankan sound gitar sebagai karakter terdepan dalam membantu pencapaian estetikanya. Eksplorasi dari segi teknis dan teknologi menjadikan musik ini berkembang dengan dinamis sebut saja tokohnya yakni Jimmy Hendrix (Amerika), kemudian Neil Schon, Steve Lukather, Edwad Vann Halen, Micher Schencer (Jerman), Yngwie Malmsteen (Sweden), Trevor Rabin (Afrika Utara), Frank Zappa, Steve Vai, Joe Satriani (Amerika) dan generasi penerusnya hingga sampai sekarang karena eksplorasi dalam teknis juga sound belum berhenti[4].

Selain dimainkan dalam sebuah grup maupun ansambel, gitar juga dimainkan secara tunggal. Sebagai instrumen yang mempunyai dua kemampuan yakni harmonis dan melodis maka bukan hal aneh apabila gitar dimainkan secara tunggal. Permainan gitar tunggal dapat kita jumpai dalam musik klasik. Permainan tersebut biasanya dilakukan dengan secara mandiri tanpa instrumen iringan, yakni memainkan secara bersamaan antara melodi, harmoni , dan bas secara simultan hingga menjadi sebuah lagu yang utuh. Dalam musik klasik repertoar memang sudah dipersiapkan sedemikian rupa untuk keperluan gitar tunggal. Komposisi/aransemen yang dibuat memang sarat akan perhitungan-perhitungan karakter gitar, maka memainkan instrumen gitar dalam klasik membutuhkan kemampuan teknis yang tinggi. Teknis permainan juga berkembang sedemikian rupa sejak perubahan yang dilakukan Tarrega (1852-1909)[5].

Selain permainan gitar tunggal dalam genre klasik ada juga permainan tunggal yang di lakukan dalam genre jazz. Jazz merupakan genre musik yang hadir pada abad sembilan belas dan berkembang pada awalnya di Amerika. Merupakan cerminan dari masyarakat dengan tingkat individualisme yang tinggi[6], sehinggga mempengaruhi gaya permainan musiknya. Ekspresi dari pribadi-pribadi sangat dihargai dalam memainkan musik tersebut, dalam kalimat musik disebut sebagai improvisasi. Improvisasi merupakan kondisi ketika seorang pemain memperkenalkan ide-ide musikalnya yang berhubungan dengan keadaan spiritual dan keadaan secara emosional[7]. Untuk pencapaian tersebut biasanya ide-ide tertuang secara spontan dalam memainkan musik. Memainkan gitar tunggal dalam musik jazz mempunyai dimensi yang banyak untuk dikaji lebih lanjut. Pemain gitar tunggal dalam musik jazz dituntut untuk tidak kehilangan ide spontanitasnya selain tuntutan teknis yang komplek. Perbedaan permainan antara gitar tunggal dalam jazz dan klasik yang khas ialah ekspresi musikal, yakni dalam musik klasik ekspresi telah dipersiapkan sedangkan dalam jazz merupakan ekspresi spontan. Proses kreatif antara musik jazz dengan musik klasik juga berbeda. Dalam musik klasik dipengaruhi dengan tradisi tertulis sangat kuat dan terperinci, sedangkan dalam musik jazz tidak terjadi seperti hal tersebut. Proses kreatif dalam jazz tidak selalu berhubungan dengan teks. Sebuah teks merupakan bahan mentah yang harus diolah oleh pemain hingga menjadi sebuah konteks dengan cita rasa individual. Dalam klasik hal-hal yang mendasar seperti scales, arpeggios, harmony dipelajari untuk menunjang kemampuan dalam memainkan dan mengadaptasi teks tertulis yang dibuat oleh komposer, sedangkan dalam jazz mempelajari hal tersebut sebagai dasar untuk membangun ide-ide musikal yang akan dikembangkan. Dalam klasik banyak kita menemukan kebiasaan baku, misalnya cara duduk sampai anjuran tentang fingering yang digunakan serta pola latihan tangan kanan dan kiri yang dalam jazz bukan merupakan sesuatu yang baku. Tidak ada anjuran yang baku untuk memainkan jazz selain sebagai ekspresi individual. Mempelajari teori dasar dalam jazz merupakan belajar cara untuk mencari kemungkinan yang akan digunakan nantinya ketika berimprovisasi sedangkan dalam klasik untuk mengetahui sebuah karya yang akan dimainkan. Bahasa musik dalam klasik merupakan bahasa yang ditulis dengan segala perhitungannya hingga merupakan ekspresi yang sudah dipersiapkan, sedangkan dalam jazz, tune merupakan bahan yang akan diolah dan dikembangkan kemudian direfleksikan sedemikian rupa dalam bentuk improvisasi. Semangat dalam jazz sesuai dengan semangat Einstein yakni changing (perubahan), expanding (mencari hal baru), contracting (menyederhanakan), leading (menjadi terdepan), and following (kemampuan belajar)[8] dan bukan memandang musik sebagai konservasi budaya tetapi sebagai penemuan yang harus diperbarui.

Kompleksitas dalam memainkan gitar tunggal dalam jazz menuntut pemain untuk mengetahui berbagai macam perangkat untuk mendukung performance-nya. Perangkat tersebut tersebut scales, arpeggios, and chord etc yang secara teoritis merupakan hal mendasar untuk dipelajari, kemudian belajar bahasanya yakni (phrase, harmony, rhythm flexibility, technical facility ) juga mengenali dengan baik karakter suara dan organologi yang berhubungan dengan permainan. Menguasai pemetaan dalam fingerboard juga merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pemain, karena gitar merupakan alat yang mempunyai kemungkinan yang banyak untuk setiap nada, artinya kalau kita memainkan satu nada kemudian kita memindah posisi dan tetap memainkan nada yang sama maka dari posisi baru tersebut muncul kemungkinan baru. Gitar tidak mempunyai range suara yang luas seperti piano, tetapi bisa dengan baik untuk mengiringi. Dalam memainkan chord yang telah extended gitar banyak menggunakan bentuk balikan chord (inversi) atau tidak membunyikan semua nada karena terbatasnya wilayah dalam figerboard. Juga yang harus diperhatikan ialah masalah voising chord yang mempunyai banyak kemungkinan dalam berbagai posisi. Permasalahan-permasalahan tersebut harus dikuasai dengan baik untuk seorang pemain gitar jazz, karena permainan spontan menuntut hal tersebut di atas menjadi sebuah refleksi dari keunikan cita rasa pribadi.

Dalam memainkan musik jazz, gitar bukan menjadi kebiasaan untuk dimainkan secara tunggal. Biasanya merupakan anggota dari sebuah ansambel, combo, dan Big Band. Keikutsertaan gitar dalam gaya musik ini sebenarnya di tentukan oleh banjo yang sering digunakan pada awalnya. Kemudian setelah jazz tidak menggunakan tuba sebagai pengatur alur bas yang diganti oleh kontra bas, gitar menjadi pengiring bersamanya menggantikan tempat banjo[9]. Pada masa awal, gitar sering dimainkan dengan single line melody yang diperagakan oleh Charlie Chistian juga Janggo Reinhart. Kekuatan sound yang bersifat chord belum dieksplor sedemikian rupa, baru tahun 1950-an Barney Kessel menggunakan sound yang gitaristik dengan memakai akord disamping alur melodi tunggal. Joe Pass pada sekitar tahun 1960-an memulai berekperimen memainkan solo dengan kompleksitas teknik yang ada pada gitar yaitu memainkan melodi yang didukung harmoni dan alur bas secara mandiri[10]. Pada awalnya dia banyak melakukan rekaman album dengan ansambel, pada tahun 1974 dia membuat album Virtuoso yang merupakan perwujudan baru baru transisi dari ansambel yakni album solo tanpa iringan.

Joe Pass telah membuktikan bahwa dia menguasai permasalahan-permasalahan yang ada dalam permainan gitar tunggal dan memainkannya dengan gaya yang seperti dia inginkan juga. Konsep permainan tunggal dalam jazz menarik untuk dikaji karena memerlukan teknik dan pemahaman musikal yang memadai. Kemampuan tersebut merupakan wujud kematangan dari pengalaman panjang, secara teknis jelas sekali dibutuhkan skill yang memadai, mengetahui dan menguasai aspek musikal, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola ide-ide sehingga terwujud rangkaian yang simultan antara bagian-bagian untuk pencapaian estetik tertentu. Cita rasa dalam impovisasi bersifat individual dan tidak bisa digugat, cita rasa tidak bisa diobyektifkan juga keindahan hanya bisa dicirikan karena esensi bukan merupakan ciri (Immanuel Kant)[11].



[1]www.wikipedia.comwww.wikipedia.com.http://wikipedia.mariachi.08:49 15januari 2007

[2] Michel Stimpson, The guitar in English Music Education, British Journal of Music, Vol.2 No.1, Cambrige, 1985, p.212.

[3] ibid.

[4] ibid. p.160

[5] Maurice.J Summerfield, The Guitar Has The Richest Back Round Of All Instrument 1800,Gateshead, Tyne and Wear, Great Britain: ashley Mark Publishing Company.1982, p.117

[6] Op.cit. p 237

[7] Joachim, Berent, E, The Jazz Book From Ragtime to Fusion and Beyond. Rev, Gunthe Huesman, New York: Lowrence Hills Book, 1992, p.156

[8] Michel Stimpson, The guitar in English Music Education, British Journal of Music, Vol.2 No.1, Cambrige, 1985, p 237

[9] John, Fordham, JAZZ Book, A Dorling Iandersley London, 1993,p.98.

[10] Michel Stimpson, The guitar in English Music Education, British Journal of Music, Vol.2 No.1, Cambrige, 1985, p 241.

[11] A.A.M Djelantik, Estetika sebuah pengantar, MSPI & arti.line, Bandung, 1999 p136.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar